Masa Depan Dunia Kerja Indonesia: Teknologi, Gen Z, dan Transformasi SDM Menurut CEO Jobseeker Company
Marketing Admin
Dunia kerja Indonesia sedang mengalami perubahan besar. Jika dulu tantangan utama adalah kurangnya lapangan kerja, kini masalahnya bukan lagi soal jumlah, melainkan kualitas dan relevansi tenaga kerja di era teknologi.
Dalam podcast bersama Helmy Yahya, Chandra Ming, CEO Jobseeker Company, mengungkap realitas baru dunia ketenagakerjaan, dari pergeseran perilaku generasi muda (milenial dan Gen Z), hingga bagaimana teknologi dan AI menjadi solusi strategis untuk membangun sumber daya manusia yang produktif, adaptif, dan siap bersaing.
Chandra, yang sebelumnya mengembangkan JobsDB Indonesia sebelum mendirikan Jobseeker Company, menekankan bahwa tantangan terbesar Indonesia bukan hanya menurunkan angka pengangguran, tetapi meningkatkan kualitas pekerja agar tidak tergantikan oleh teknologi. Berikut adalah podcast Chandra Ming, CEO Jobseeker Company bersama Helmy Yahya.
1. Pergeseran Dunia Kerja: Dari Krisis Ekonomi ke Krisis Produktivitas
Menurut Chandra, angka pengangguran di Indonesia memang menurun, namun muncul tantangan baru: pekerja tidak selalu berada di bidang yang sesuai dengan keahliannya. Ini menyebabkan banyak karyawan kurang produktif dan mudah berpindah kerja.
“Masalah kita sekarang bukan cuma pengangguran, tapi apakah orang yang bekerja ini sudah maksimal di bidangnya? Banyak perusahaan yang mengeluh soal generasi baru yang cepat menyerah, tapi faktanya, mereka adalah mayoritas di dunia kerja.” — Chandra Ming
Perubahan ini juga diperkuat oleh pergeseran kultur organisasi. Kini, 70–75% tenaga kerja di perusahaan besar terdiri dari generasi milenial dan Gen Z, yang membawa pola pikir baru tentang keseimbangan hidup, fleksibilitas, dan digitalisasi.
Namun, hal ini memunculkan tantangan tersendiri bagi perusahaan yang masih beroperasi dengan sistem lama. Kinerja tidak hanya diukur dari kehadiran fisik, melainkan juga produktivitas digital. Karena itu, solusi utamanya adalah transformasi teknologi dalam seluruh siklus SDM, mulai dari rekrutmen hingga pengembangan karier.
2. AI dan Otomatisasi Mengubah Peta Profesi
Beberapa tahun lalu, AI hanya dianggap sebagai konsep masa depan. Hari ini, teknologi tersebut sudah menggantikan banyak pekerjaan manusia secara nyata — mulai dari desainer grafis, video editor, hingga penulis konten.
“Sekarang semua orang bisa jadi desainer hanya dengan mengetik deskripsi. Dalam hitungan detik hasilnya keluar — gratis. Jadi kalau kita masih bekerja secara manual, kita akan ketinggalan.” — Chandra Ming
Profesi yang bersifat rutinitas dan administratif adalah yang paling terdampak. Chandra mencontohkan bagaimana teknologi kini bisa membuat poster rekrutmen otomatis, menyaring ribuan lamaran kerja, dan bahkan menilai kesesuaian kandidat dengan jabatan hanya dalam beberapa detik.
Inilah alasan mengapa Jobseeker Company membangun sistem AI-powered recruitment yang digunakan oleh banyak perusahaan besar di Indonesia, termasuk Alfamart, Superindo, FitHub, hingga Rumah Sakit Mitra Keluarga. Semua proses perekrutan kini bisa dilakukan secara digital, cepat, dan akurat.
3. Tantangan Generasi Baru: Mentalitas dan Adaptasi
Dalam podcast, Chandra juga menyinggung tentang stigma terhadap generasi muda yang sering disebut cranky, mudah menyerah, atau tidak tahan tekanan. Namun menurutnya, masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan mengeluh, melainkan melalui pendidikan karakter dan pola asuh yang tepat.
“Gen Z bukan tidak mampu. Mereka lebih pintar, lebih cepat belajar teknologi. Tantangannya hanya mentalitas — terlalu mudah menyerah, terlalu cepat menyalahkan keadaan.” — Chandra Ming
Ia juga menyoroti pentingnya peran keluarga dan pendidikan karakter dalam membentuk generasi tangguh. Banyak pengusaha, katanya, kesulitan meneruskan bisnis keluarga karena anak-anaknya terbiasa dengan kenyamanan dan kurang dilatih untuk berjuang.
“Kalau kita tidak pernah melatih anak-anak kita untuk punya fighting spirit, jangan kaget kalau mereka mudah menyerah. Ini bukan masalah generasi, tapi cara kita mendidik.”
4. Peran Teknologi dalam Meningkatkan SDM Nasional
Bagi Chandra, penggunaan HR Tech atau Human Resources Technology bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Semua pemangku kepentingan — pemerintah, sekolah, perusahaan, dan keluarga — harus mulai memanfaatkan teknologi untuk memperkuat kualitas SDM.
“Pemerintah sebagai regulator, keluarga sebagai pendidik, dan perusahaan sebagai pengembang talenta — semuanya harus pakai teknologi. Tanpa digitalisasi, link and match tenaga kerja tidak akan pernah tercapai.”
Chandra menegaskan, sistem digital seperti ATS (Applicant Tracking System), HRIS (Human Resources Information System), dan LMS (Learning Management System) harus diterapkan di setiap tahap.
Tanpa itu, perusahaan akan terus menghadapi kesulitan menemukan talenta yang sesuai — meski sebenarnya kandidat yang tepat ada di luar sana.
5. Jobseeker Company: Membangun Ekosistem HR Digital dari Indonesia untuk Indonesia
Jobseeker Company didirikan 2 tahun 10 bulan lalu dengan misi sederhana tapi besar: menghubungkan tenaga kerja Indonesia dengan dunia industri secara lebih cerdas dan efisien.
Dengan lebih dari 4,8 juta kandidat terdaftar dan 576.000 penempatan kerja berhasil, Jobseeker kini menjadi salah satu platform HR Tech terbesar untuk sektor blue collar di Indonesia, mencakup pekerja dari lulusan SMP, SMA, hingga SMK.
Salah satu inovasi terbesarnya adalah Jobseeker Partners App, aplikasi yang memungkinkan UKM merekrut karyawan dalam hitungan menit.
Hanya dengan mengetik posisi seperti waiter atau barista, perusahaan dapat melihat kandidat terdekat secara lokasi (radius) lengkap dengan profil video seperti format TikTok.
“Dulu HR pasang iklan, baca 1000 CV satu per satu. Sekarang cukup klik satu tombol — semua kandidat muncul, lengkap dengan video perkenalan. Ini membuat proses rekrutmen lebih cepat, akurat, dan murah.”
Biaya rekrutmen melalui sistem Jobseeker rata-rata di bawah Rp50.000 per orang, jauh lebih efisien dibanding metode konvensional.
6. Menghubungkan Dunia Pendidikan, Industri, dan UKM
Salah satu isu besar yang dibahas dalam podcast adalah mismatch antara pendidikan dan kebutuhan industri. Banyak lulusan SMK justru menganggur karena keterampilannya tidak sesuai permintaan pasar.
“SMK didirikan untuk mengurangi pengangguran, tapi sekarang malah menyumbang pengangguran terbesar. Artinya, sistem pendidikannya tidak lagi relevan dengan kebutuhan industri.”
Untuk itu, Jobseeker Company kini memperluas jangkauan ke sektor UKM dan UMKM, yang menyerap 97–98% tenaga kerja Indonesia.
Melalui data rekrutmen dan analisis big data, Jobseeker membantu pemerintah dan pelaku usaha memahami kebutuhan tenaga kerja secara real-time, misalnya:
“Berapa banyak barista yang dibutuhkan di Jakarta tahun 2025?”
Dengan informasi seperti ini, lembaga pendidikan dapat menyesuaikan kurikulum, sementara perusahaan bisa mempersiapkan pelatihan lebih terarah.
7. Membangun Karakter, Bukan Hanya Skill
Menurut Chandra, masa depan tenaga kerja tidak cukup hanya ditentukan oleh kompetensi teknis. Yang lebih penting adalah karakter, seperti kerja keras, ketekunan, dan tanggung jawab.
“Jangan cepat mengeluh. Jangan mudah menyerah. Keinginan untuk terus belajar — itu semua karakter penting. Karena di masa depan, lawan kita bukan lagi sesama manusia, tapi robot.”
Program pemerintah seperti makan siang bergizi pun ia nilai positif, karena bukan hanya meningkatkan gizi anak, tapi juga bisa menjadi sarana pendidikan karakter, seperti disiplin, antre, dan kebersihan.
Hal-hal sederhana inilah, katanya, yang membangun budaya kerja besar seperti di Jepang dan China.
8. Indonesia Menuju Negara Maju: SDM sebagai Fondasi
Menutup diskusi, Chandra optimistis bahwa Indonesia bisa menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-4 dunia pada tahun 2045, asalkan dua hal diperkuat: sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM).
“Kalau kita bisa memperkuat SDM seperti China — lewat pendidikan terarah, teknologi, dan budaya kerja keras — kita pasti bisa bersaing.”
Chandra mengingatkan, Indonesia hanya memiliki sekitar 140 juta tenaga kerja aktif, dan kurang dari 5 juta yang menganggur. Dengan fokus pada pelatihan tepat sasaran, rekrutmen digital, dan mindset pekerja keras, Indonesia bisa menjadi kekuatan ekonomi besar.
“Tanpa SDM yang kuat, kita hanya akan jadi pasar. Tapi kalau SDM-nya berdaya, kita bisa menguasai pasar itu sendiri.”
Kesimpulan
Podcast antara Helmy Yahya dan Chandra Ming bukan sekadar obrolan tentang HR, tapi refleksi atas masa depan tenaga kerja Indonesia.
Perubahan besar sudah terjadi, dari cara perusahaan merekrut hingga cara generasi muda bekerja.
Kuncinya ada pada adaptasi teknologi, pendidikan karakter, dan kolaborasi lintas sektor.
Sebagai perusahaan HR Tech lokal, Jobseeker Company membuktikan bahwa inovasi bisa lahir dari Indonesia untuk Indonesia. Dengan sistem berbasis AI dan visi membangun SDM unggul, Jobseeker tidak hanya membantu perusahaan menemukan kandidat terbaik, tetapi juga membantu bangsa menemukan arah masa depan tenaga kerjanya.
Burnout kerja menjadi topik yang tengah mendapat perhatian khusus dalam dunia profesional. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu tetapi juga dapat berdampak signifikan pada keseluruhan kinerja dan kesehatan perusahaan. Fenomena yang berkaitan dengan dimensi psikologi karyawan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan lingkungan dan manajemen kerja. Memahami
Dalam dunia rekrutmen, perusahaan memiliki berbagai strategi untuk menemukan kandidat terbaik. Dua metode yang sering digunakan adalah walk in interview dan wawancara terjadwal. Kedua metode ini menawarkan keunggulan dan kelemahan tersendiri, tergantung pada kebutuhan serta situasi perusahaan. Jika Anda bagian dari tim rekrutmen di perusahaan berskala besar, memahami perbedaan serta
Dalam dunia bisnis, tim sales adalah ujung tombak pendapatan. Mereka bukan hanya menjual produk, tetapi juga membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan menjaga reputasi perusahaan. Namun, banyak perusahaan masih merekrut atau mengelola tim sales tanpa panduan kerja yang jelas, sehingga kinerja tidak maksimal dan target sering meleset. Di sinilah