11 Jenis Tes Psikotes dalam Seleksi Kerja [Terbaru 2025]

Jenis Tes Psikotes dalam Seleksi Kerja

Seleksi kerja di era modern tidak hanya menilai kualifikasi akademik dan pengalaman kerja. Perusahaan juga ingin memahami bagaimana kepribadian, logika, kemampuan analitis, serta cara kandidat beradaptasi dalam lingkungan kerja. Di sinilah tes psikotes berperan penting.

Psikotes adalah serangkaian tes psikologi yang dirancang untuk menggali aspek kognitif, afektif, dan kepribadian seseorang. Hasil psikotes membantu HR menilai apakah kandidat cocok untuk posisi yang ditawarkan, baik dari segi kompetensi maupun budaya perusahaan. Artikel ini akan membahas 11 jenis tes psikotes yang paling sering digunakan dalam seleksi kerja terbaru 2025, lengkap dengan tujuan dan contoh penerapannya.

Baca Juga: Rekomendasi Aplikasi Rekrutmen Online

1. Tes Logika Aritmatika

Tes ini menguji kemampuan kandidat dalam memahami pola angka dan menyelesaikan perhitungan sederhana hingga kompleks. Biasanya berbentuk deret angka yang harus dilanjutkan.

Tujuan: Mengukur kecerdasan logis, kemampuan berhitung cepat, serta ketelitian.

Contoh: 2, 4, 6, 8, … (jawaban: 10). Untuk level lebih sulit, pola bisa melibatkan perkalian atau penjumlahan campuran.

2. Tes Logika Analitik (Penalaran Logis)

Tes ini berbentuk soal cerita atau pernyataan logis yang harus dianalisis untuk menemukan kesimpulan benar.

Tujuan: Mengukur kemampuan berpikir kritis, menganalisis masalah, serta membuat keputusan rasional.

Contoh: Semua manajer adalah karyawan. Beberapa karyawan adalah wanita. Apakah bisa disimpulkan bahwa semua manajer adalah wanita? (jawaban: tidak).

3. Tes Wartegg

Wartegg Test berisi delapan kotak dengan coretan atau gambar sederhana. Kandidat diminta melanjutkan gambar sesuai kreativitas mereka.

Tujuan: Menilai kepribadian, kreativitas, dan cara kandidat mengekspresikan diri.

Contoh: Satu kotak berisi garis lengkung, kandidat bisa menggambarnya menjadi payung atau bulan sabit. Hasilnya dianalisis oleh psikolog untuk memahami kecenderungan karakter.

4. Tes Kraepelin/Pauli (Tes Koran)

Tes ini berupa deretan angka yang disusun dalam kolom panjang. Kandidat diminta menjumlahkan dua angka berurutan secepat mungkin dalam waktu tertentu.

Tujuan: Mengukur konsistensi, daya tahan kerja, kecepatan, dan ketelitian di bawah tekanan.

Contoh: Kolom angka 7 dan 5 harus dijumlahkan menjadi 2 (karena hanya ditulis satu digit terakhir).

5. Tes Edwards Personal Preference Schedule (EPPS)

Tes ini berupa pertanyaan berpasangan tentang preferensi pribadi. Kandidat harus memilih pernyataan yang paling sesuai dengan dirinya.

Tujuan: Mengukur kepribadian berdasarkan teori kebutuhan Murray, seperti kebutuhan berprestasi, dominasi, atau afiliasi.

Contoh:

A. Saya suka bekerja dalam tim.

B. Saya suka mengambil keputusan sendiri.

6. Tes Big Five Personality (OCEAN)

Tes kepribadian modern ini menilai lima dimensi utama: Openness, Conscientiousness, Extraversion, Agreeableness, dan Neuroticism.

Tujuan: Memberikan gambaran komprehensif mengenai kepribadian kandidat, cocok untuk memprediksi kecocokan budaya kerja.

Contoh: Pernyataan seperti “Saya senang mencoba hal-hal baru” (skala 1–5, sangat tidak setuju hingga sangat setuju).

7. Tes Logika Abstrak (Raven’s Progressive Matrices)

Tes ini menampilkan pola gambar geometris, lalu kandidat diminta melengkapi bagian yang hilang.

Tujuan: Mengukur kemampuan berpikir abstrak, pola, dan problem solving non-verbal.

Contoh: Pola kotak bergambar segitiga, persegi, dan lingkaran berurutan. Kandidat harus memilih bentuk selanjutnya dari pilihan jawaban.

9. Tes Verbal (Sinonim, Antonim, Analogi)

Tes verbal menguji kemampuan bahasa, perbendaharaan kata, serta pemahaman analogi.

Tujuan: Mengukur kecerdasan linguistik dan logika bahasa, penting untuk pekerjaan yang membutuhkan komunikasi intensif.

Contoh: Sinonim kata “besar” → jawaban: “luas,” “agung,” atau “raksasa.”

10. Tes DISC (Dominance, Influence, Steadiness, Compliance)

Tes DISC memetakan gaya komunikasi dan perilaku seseorang dalam tim.

Tujuan: Membantu HR menilai kecocokan kandidat dengan tim yang sudah ada, serta gaya kepemimpinan yang mungkin muncul.

Contoh: Kandidat menjawab kuesioner singkat seperti “Saya suka memimpin proyek” atau “Saya lebih nyaman mengikuti instruksi detail.”

11. Tes Situational Judgment Test (SJT)

SJT menyajikan skenario dunia kerja, lalu kandidat diminta memilih respons yang paling sesuai.

Tujuan: Mengukur pengambilan keputusan, etika kerja, dan cara kandidat menghadapi masalah nyata.

Contoh:

Anda melihat rekan kerja melakukan kesalahan kecil yang tidak diketahui atasan. Apa yang Anda lakukan?

A. Membiarkannya.

B. Memberitahu rekan kerja secara pribadi.

C. Melaporkannya ke atasan langsung.

Kesimpulan

Tes psikotes adalah alat penting dalam seleksi kerja modern. Dengan 11 jenis tes mulai dari logika, bahasa, hingga kepribadian, perusahaan bisa menilai kandidat secara lebih menyeluruh. Bagi HR, memahami tujuan tiap tes akan membantu menyusun strategi rekrutmen yang lebih akurat. Sementara bagi kandidat, mengenal jenis-jenis tes ini bisa menjadi persiapan berharga untuk menghadapi seleksi kerja di tahun 2025.

Table of Contents

Share the Post:

Related Posts

Ilustrasi burnout kerja.

Burnout Kerja: Pengertian, Penyebab dan Bahaya Bagi Perusahaan

Burnout kerja menjadi topik yang tengah mendapat perhatian khusus dalam dunia profesional. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu tetapi juga dapat berdampak signifikan pada keseluruhan kinerja dan kesehatan perusahaan. Fenomena yang berkaitan dengan dimensi psikologi karyawan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan lingkungan dan manajemen kerja. Memahami

Baca Selengkapnya...
Ilustrasi walk in interview.

Cek Keunggulan Walk in Interview vs Wawancara Terjadwal

Dalam dunia rekrutmen, perusahaan memiliki berbagai strategi untuk menemukan kandidat terbaik. Dua metode yang sering digunakan adalah walk in interview dan wawancara terjadwal. Kedua metode ini menawarkan keunggulan dan kelemahan tersendiri, tergantung pada kebutuhan serta situasi perusahaan. Jika Anda bagian dari tim rekrutmen di perusahaan berskala besar, memahami perbedaan serta

Baca Selengkapnya...
Cara Mengatasi Skill Gap di Perusahaan

12 Cara Mengatasi Skill Gap di Perusahaan

Banyak HR dan pimpinan perusahaan sepakat bahwa menemukan talenta berkualitas saja belum cukup. Tantangan yang lebih besar justru muncul setelah karyawan masuk: apakah keterampilan mereka benar-benar sesuai dengan kebutuhan bisnis? Di sinilah masalah skill gap sering muncul, kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki karyawan dengan kompetensi yang dibutuhkan organisasi. Skill gap

Baca Selengkapnya...