Dalam proses HR & payroll, cut off dalam penggajian adalah hal yang sangat penting untuk memastikan gaji karyawan dibayarkan secara akurat, transparan, dan tepat waktu. Namun, banyak perusahaan terutama UMKM dan bisnis yang bergerak dengan sistem shift—belum menerapkan cut off secara benar sehingga sering terjadi kesalahan payroll, lembur tidak terbayar, dan komplain dari karyawan.
Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap apa itu cut off dalam penggajian, mengapa penting, contoh penetapan cut off yang umum digunakan di Indonesia, komponen yang masuk dalam perhitungan gaji, serta tips menentukan jadwal cut off yang paling efektif.
Apa Itu Cut Off dalam Penggajian?
Cut off dalam penggajian adalah batas waktu pengumpulan, validasi, dan pengolahan data payroll pada periode tertentu. Semua data absensi, lembur, izin, komisi, dan variabel lain yang masuk setelah cut off akan diproses di periode gajian berikutnya.
Contoh paling umum:
Periode cut off: 21–20
Periode kerja 21 Januari–20 Februari → dibayarkan akhir Februari
Kenapa tidak dihitung sesuai kalender satu bulan penuh?
Karena HR perlu waktu untuk:
-
Memastikan data absensi final
-
Menghitung lembur, komisi, dan denda keterlambatan
-
Menghitung potongan pajak PPh 21
-
Menghitung potongan & iuran BPJS Ketenagakerjaan & BPJS Kesehatan
-
Mendapatkan approval pimpinan
-
Proses transfer massal payroll dari bank/perusahaan
Jika tidak ada cut off, payroll bisa kacau setiap bulan. Penggajian bisa telat karena data terakhir—misalnya lembur atau izin—baru muncul pada hari pembayaran.
Kesimpulan inti: cut off dalam penggajian menjaga stabilitas operasional dan menghindari kesalahan pembayaran gaji.
Baca Juga: Potongan Gaji Karyawan untuk BPJS
Mengapa Cut Off dalam Penggajian Penting?
Sistem cut off bukan hanya prosedur administratif. Ia adalah fondasi akurasi payroll yang memberi kejelasan mengenai periode kerja yang dihitung.
Berikut manfaat utamanya:
1) Payroll lebih tepat waktu
Dengan batas pengumpulan data yang jelas, HR memiliki jeda waktu untuk menghitung gaji tanpa harus revisi berulang.
2) Mengurangi kesalahan pembayaran
Data yang sudah di-cut off dianggap final dan valid, sehingga risiko kesalahan perhitungan lebih kecil.
3) Transparansi bagi karyawan
Karyawan dengan mudah memahami:
“Tanggal berapa saja kerja saya yang dibayarkan?”
Ini sangat penting untuk mengurangi komplain dan miskomunikasi.
4) Kepatuhan regulasi
Cut off mendukung perhitungan pajak dan BPJS yang benar agar tidak melanggar aturan pemerintah.
5) Efisiensi kerja HR & Finance
Proses payroll menjadi terjadwal dan tidak lagi “kejar tayang”.
Dengan cut off dalam penggajian, perusahaan membangun kepastian dan kepercayaan dalam urusan gaji.
Contoh Sistem Cut Off dalam Penggajian di Indonesia
Ada beberapa model yang umum digunakan perusahaan:
1. Cut Off 21–20
Model paling populer, khususnya untuk perusahaan shift-based:
Periode kerja: 21 bulan ini – 20 bulan depan
Pembayaran: akhir bulan (27–30)
Contoh:
21 Feb – 20 Mar → dibayar 29 Mar
Kelebihan: waktu proses payroll 8–10 hari
Cocok untuk: retail, pabrik, F&B, hotel, logistik
2. Cut Off 1–31
Dihitung tepat 1 bulan kalender.
Contoh:
1 Mar – 31 Mar → dibayar 1–5 Apr
Cocok untuk: perusahaan non-shift
Tantangan: waktu pemrosesan sempit jika ada lembur akhir bulan
3. Weekly Payroll (Mingguan)
Terutama untuk tenaga harian atau industri hospitality.
Contoh:
Senin–Minggu → dibayar Kamis berikutnya
Kelebihan: pendapatan lebih cepat diterima karyawan
Tantangan: frekuensi perhitungan payroll tinggi
4. Biweekly / Dua Mingguan
Dipakai pada perusahaan dengan struktur komisi tinggi:
Contoh:
Dibayar setiap 10 & 25
Tidak ada sistem yang lebih “benar”, yang penting konsisten, mudah dipahami, dan sesuai alur keuangan perusahaan.
Data Apa Saja yang Masuk pada Cut Off Payroll?
Komponen yang harus final sebelum cut off:
Komponen Absensi
-
Kehadiran & keterlambatan
-
Sakit & izin resmi
-
Cuti tahunan / melahirkan / lainnya
-
Ketidakhadiran tanpa keterangan
Baca Juga: Rekomendasi Software Absensi Indonesia
Komponen Variabel Gaji
Komponen Administratif
-
Promosi, mutasi, perubahan jabatan
-
Perubahan status BPJS
-
Karyawan resign dalam periode tersebut
Data yang masuk setelah cut off, dimigrasikan ke periode payroll berikutnya.
Jika tidak ada kontrol cut off?
- Payroll harus dihitung ulang
- Transfer gaji bisa tertunda
- Karyawan akan komplain lembur tidak masuk
Oleh karena itu, disiplin cut off = payroll sehat.
Cara Menentukan Jadwal Cut Off dalam Penggajian yang Tepat
Tips agar kebijakan cut off maksimal hasilnya:
Sesuaikan dengan proses internal HR & finance
Jika proses rumit: cut off lebih awal (21–20)
Jika sistem sudah otomatis: cut off kalender (1–31) bisa dipakai
Pertimbangkan jumlah komponen variabel
Semakin banyak lembur & shift → cut off harus beri waktu antre validasi
Pastikan sesuai cash flow & tanggal transfer bank
Jika payroll selalu dibayar akhir bulan → beri jeda minimal 5–7 hari
Dokumentasikan dalam SOP & kontrak kerja
Agar legal & mengikat
Sosialisasikan dengan media yang mudah diakses
Jika cut off ditetapkan tanpa komunikasi jelas, masalah pasti muncul:
“Kok lembur saya tidak masuk?”
Dengan sistem yang disusun sejak awal, semua pihak paham timeline.
Kesalahan Umum dalam Cut Off Penggajian
Berikut masalah yang paling sering terjadi:
| Kesalahan |
Dampak |
| Cut off berubah-ubah setiap bulan |
Proses payroll menjadi kacau, karyawan kehilangan kepercayaan karena periode kerja yang dihitung tidak konsisten. |
| Data absensi belum final saat cut off |
HR harus menghitung ulang gaji, memicu revisi slip gaji dan potensi telat bayar. |
| Tidak ada SOP untuk perubahan data payroll |
Perubahan seperti lembur susulan, potongan, atau koreksi gaji tidak tercatat rapi dan menimbulkan konflik dengan karyawan. |
| Data lembur terlambat dilaporkan |
Lembur karyawan tidak terbayar pada periode berjalan dan harus di-carry over, menimbulkan rasa dirugikan. |
| Rekap absensi masih manual (di kertas atau Excel tanpa sistem) |
Risiko human error tinggi, proses verifikasi lama, dan sulit melakukan audit jika ada komplain. |
Kesimpulan
Cut off dalam penggajian adalah batas pemrosesan data payroll yang memiliki fungsi kritikal dalam pembayaran gaji.
Penerapan cut off yang tepat membantu perusahaan:
-
Menghindari kesalahan penggajian
-
Menjaga kepatuhan terhadap regulasi (BPJS & Pajak)
-
Membangun kepercayaan karyawan
-
Menjaga payroll tetap rapi dan efisien
Kuncinya adalah konsistensi, komunikasi, dan dukungan sistem digital dalam menjalankannya.