Bagi perusahaan dengan operasional 24 jam seperti manufaktur, logistik, rumah sakit, call center, hingga restoran cepat saji, shift ketiga atau shift malam (graveyard shift) menjadi komponen penting dalam menjaga kelancaran bisnis. Namun, merekrut karyawan untuk shift malam bukan hal yang mudah.
Banyak kandidat enggan bekerja di malam hari karena faktor kelelahan, risiko kesehatan, dan gangguan keseimbangan hidup. Di sisi lain, kebutuhan tenaga kerja di jam malam justru meningkat, terutama untuk industri yang tidak bisa berhenti beroperasi.
Artikel ini akan membahas langkah-langkah praktis untuk merekrut karyawan shift ketiga yang andal, mulai dari strategi sourcing kandidat, penilaian psikologis dan fisik, hingga pengelolaan motivasi dan insentif. Dengan bantuan teknologi seperti Jobseeker Software, proses perekrutan untuk shift malam dapat diotomatisasi, dipantau, dan dievaluasi lebih efisien.
1. Pahami Tantangan Rekrutmen Shift Ketiga
Langkah pertama sebelum memulai perekrutan adalah memahami apa yang membuat shift malam menantang. Tidak semua orang bisa bekerja secara produktif di luar jam biologis normal.
Karyawan yang bekerja di shift malam cenderung mengalami kelelahan kronis, gangguan tidur, dan menurunnya fokus kerja. Oleh karena itu, HR perlu menyadari bahwa target kandidat untuk shift malam berbeda dengan karyawan reguler.
Selain aspek fisik, ada juga tantangan psikologis: rasa kesepian, stres, dan gangguan ritme sosial. Karyawan shift malam sering merasa terisolasi karena bekerja di waktu yang tidak sama dengan keluarga atau teman-temannya.
Akibatnya, turnover rate untuk posisi shift ketiga biasanya lebih tinggi dibandingkan shift lainnya.
Untuk itu, HR perlu mempersiapkan strategi komunikasi yang jujur dan transparan sejak awal. Pastikan deskripsi pekerjaan menjelaskan dengan jelas:
- 
Jam kerja (misalnya 23.00–07.00)
 
- 
Hari libur dan sistem rotasi
 
- 
Insentif tambahan (shift allowance)
 
- 
Dukungan perusahaan seperti transportasi malam atau makanan ringan
 
Dengan pendekatan ini, kandidat yang melamar sudah memahami ekspektasi dan lebih siap bekerja di lingkungan tersebut.
2. Menentukan Profil Kandidat Ideal
Tidak semua kandidat cocok bekerja di shift malam. HR perlu menentukan profil kandidat ideal berdasarkan kemampuan fisik, mental, dan karakter kerja.
Idealnya, karyawan shift malam memiliki karakteristik berikut:
- 
Adaptif terhadap perubahan ritme waktu
 
- 
Memiliki stamina tinggi dan disiplin waktu
 
- 
Dapat bekerja mandiri dengan pengawasan minimal
 
- 
Tahan terhadap stres dan tekanan kerja
 
- 
Komunikatif dan mampu menjaga koordinasi antar shift
 
Selain itu, HR juga perlu mempertimbangkan usia dan pengalaman.
Karyawan muda biasanya lebih mudah beradaptasi secara fisik, tetapi mungkin kurang stabil dalam konsistensi kerja. Sebaliknya, karyawan yang lebih berpengalaman memiliki kedisiplinan tinggi namun perlu waktu adaptasi lebih lama terhadap jam malam.
Untuk memastikan kesesuaian kandidat, HR dapat menggunakan fitur screening otomatis di Jobseeker Software.
Sistem ini memungkinkan perekrut melakukan penilaian berdasarkan kriteria khusus, seperti pengalaman kerja malam, tingkat kehadiran di pekerjaan sebelumnya, atau hasil psikotes dasar. Dengan begitu, proses seleksi menjadi lebih objektif dan cepat.
3. Buat Deskripsi Pekerjaan yang Spesifik dan Menarik
Salah satu kesalahan umum HR dalam merekrut karyawan shift malam adalah menggunakan deskripsi pekerjaan yang sama dengan shift reguler. Padahal, job description untuk shift ketiga harus dibuat lebih jelas dan menarik agar kandidat memahami nilai tambah dari pekerjaan tersebut.
Contohnya:
“Kami mencari karyawan shift malam yang siap bekerja di lingkungan cepat dengan jadwal 23.00–07.00. Perusahaan menyediakan tunjangan shift, makan malam, dan fasilitas transportasi pulang. Jika Anda pekerja disiplin dan suka tantangan, mari bergabung bersama tim kami!”
Deskripsi seperti ini menonjolkan insentif dan dukungan perusahaan, yang dapat meningkatkan minat kandidat.
Selain itu, tambahkan informasi seperti:
- 
Lokasi kerja yang aman dan mudah diakses malam hari
 
- 
Jumlah hari kerja dan libur
 
- 
Fasilitas tambahan seperti area istirahat atau ruang makan malam
 
Gunakan juga kanal promosi yang tepat.
Publikasikan lowongan di platform rekrutmen yang banyak digunakan oleh pekerja non-white-collar, seperti Jobseeker Software, yang memiliki jutaan kandidat aktif di bidang operasional, retail, dan hospitality.
Dengan pendekatan ini, peluang mendapatkan kandidat yang sesuai untuk shift malam akan meningkat signifikan.
4. Proses Seleksi: Fokus pada Ketahanan dan Komitmen
Dalam proses wawancara, HR tidak hanya perlu menilai kemampuan teknis, tetapi juga ketahanan dan motivasi kandidat.
Ajukan pertanyaan yang menggali kesiapan mereka untuk bekerja di malam hari, seperti:
- 
“Apakah Anda pernah bekerja di shift malam sebelumnya?”
 
- 
“Bagaimana Anda mengatur pola tidur agar tetap bugar?”
 
- 
“Apakah ada kendala transportasi menuju lokasi kerja?”
 
Selain wawancara, lakukan juga simulasi jadwal kerja atau uji konsistensi waktu hadir selama proses training. HR bisa memanfaatkan fitur attendance tracker di Jobseeker Software untuk melihat ketepatan waktu kandidat datang selama masa pelatihan.
Jika perusahaan memiliki tenaga kerja dalam jumlah besar, pertimbangkan untuk menggunakan sistem penilaian otomatis.
Melalui fitur AI screening dan scoring kandidat, HR bisa mengetahui kandidat mana yang paling sesuai untuk shift malam berdasarkan data objektif, bukan sekadar kesan wawancara.
Ingat, kesalahan dalam memilih karyawan shift malam bisa berdampak serius pada produktivitas.
Satu karyawan yang sering absen di shift ketiga dapat mengganggu seluruh rantai operasional yang bekerja di jam tersebut.
5. Tawarkan Insentif dan Fasilitas Pendukung
Motivasi adalah kunci utama agar karyawan shift malam bertahan lama. Karena bekerja di waktu yang tidak biasa, kompensasi tambahan menjadi faktor penentu.
Berikan tunjangan shift malam (night shift allowance) yang jelas dan adil, serta tambahkan fasilitas yang mendukung kenyamanan kerja.
Beberapa contoh fasilitas pendukung yang bisa diterapkan:
- 
Transportasi pulang-pergi gratis untuk karyawan yang bekerja larut malam.
 
- 
Makan malam atau snack gratis di kantor.
 
- 
Ruang istirahat dengan pencahayaan lembut dan pendingin udara.
 
- 
Kebijakan rotasi shift agar tidak ada karyawan yang terus-menerus mendapat jadwal malam.
 
Selain itu, perusahaan juga bisa memberikan penghargaan tambahan seperti bonus performa bulanan untuk karyawan dengan kehadiran terbaik di shift malam.
Langkah-langkah ini tidak hanya membantu menjaga semangat kerja, tetapi juga mengurangi tingkat keluar-masuk karyawan (turnover).
Jika perusahaan menggunakan Jobseeker Software, sistem payroll-nya bisa langsung menghitung tunjangan shift malam secara otomatis berdasarkan jadwal kerja yang tercatat di sistem absensi.
6. Gunakan Teknologi untuk Penjadwalan dan Monitoring
Salah satu kesalahan paling umum dalam pengelolaan shift ketiga adalah jadwal yang tidak teratur.
Sering kali HR masih menggunakan Excel manual untuk mengatur jadwal, yang rawan kesalahan dan sulit diperbarui secara real-time.
Dengan aplikasi penjadwalan shift kerja, HR dapat:
- 
Mengatur rotasi shift otomatis
 
- 
Mengirim notifikasi jadwal kerja ke karyawan
 
- 
Memantau kehadiran real-time berbasis lokasi
 
- 
Menghitung tunjangan shift secara otomatis
 
Selain itu, sistem ini juga memungkinkan manajer untuk melakukan penyesuaian mendadak jika ada karyawan berhalangan hadir.
Karyawan lain yang tersedia dapat langsung menerima notifikasi dan menggantikan shift melalui aplikasi.
Teknologi HRIS seperti ini tidak hanya mempercepat proses operasional, tetapi juga meningkatkan transparansi dan akurasi data tenaga kerja, terutama penting bagi perusahaan yang beroperasi 24 jam.
Kesimpulan
Merekrut karyawan shift ketiga memang membutuhkan pendekatan yang lebih cermat dibandingkan rekrutmen biasa.
HR perlu memahami tantangan biologis, psikologis, dan sosial yang dihadapi pekerja malam, sekaligus memberikan kompensasi dan dukungan yang layak.
Dengan strategi yang tepat, mulai dari pemahaman profil kandidat, pembuatan job description yang menarik, hingga penggunaan teknologi seperti Jobseeker Software, perusahaan dapat membangun tim shift malam yang produktif, disiplin, dan loyal.
Shift ketiga bukan lagi hambatan bagi produktivitas, tetapi justru bisa menjadi keunggulan kompetitif bagi bisnis yang mampu mengelolanya dengan efisien.